Senin, 23 Mei 2016

Tante Syifa Meronta-ronta Kesakitan

Tante Syifa Meronta-ronta Kesakitan



 Agen Poker Online Terpercaya

Selama seminggu dia tinggal dirumahku. Dari istriku kutau kalau Syifa Tati berusia 40 tahun. Suaminya sudah meningal 2 tahun lalu karena kecelakaan. Orangnya cantik, putih, tinggi semampai. Lebih tepatnya kubilang anggun karena orangnya cenderung diam dan sangat religius.
Agen Poker Online - Selama di Jakarta, setiap ada kesempatan aku dan istriku mengajak Syifa jalan-jalan, maklum ini kunjungan pertamanya ke Jakarta, biasanya ke mal karena waktunya sempit. Kami sudah berencana pas hari Sabtu akan jalan-jalan ke Taman Safari.
Tiba hari Sabtu, istriku ternyata punya tugas mendadak dari kantor yaitu harus mengawasi pameran di Mangga Dua. Gagal deh rencana jalan-jalan ke Taman Safari. Istriku mengusulkan agar aku tetap mengantar Syifa jalan-jalan misalkan ke Ancol saja dan pulangnya bisa jemput istriku di Mangga Dua.
Sebetulnya aku agak males kalo nggak ada istriku. Aku merasa risih harus jalan berdua Syifa karena orangnya pendiam. Akupun menduga Syifa pasti nggak mau. Tapi tanpa dinyata ternyata Syifa menyetujui usul istriku.
Pagi-pagi banget istriku sudah berangkat naik KRL dari stasiun Pondok Ranji. Rumahku yang di daerah Bintaro cukup jauh dari Mangga Dua dan Ancol. Sementara menunggu Syifa yang lagi jalan-jalan pagi aku sendirian dirumah menyeruput kopi dan merokok. Kami berencana jalan jam 10 pagi. Sehabis ngopi dan merokok, aku kembali tidur-tiduran di kamarku menunggu jam.
Pikiranku melayang membayangkan kakak istriku ini. Syifa Tati sangat menarik perhatianku secara sexual. Jeleknya aku, mulia keluar. Aku tertantang menaklukkan wanita baik-baik, aku tertantang menaklukkan Syifa. Mumpung ada kesempatan. Dasar setan selalu mencari kesempatan menggoda.
Kuatur jebakan untuk memancing Syifa. Aku buru-buru mandi membasuh badan dan keramas. Dengan berlilit handuk aku menunggu kepulangan Syifa dari olahraga paginya. Sekitar 10 menit aku menunggu dibalik horden dan kulihat Syifa memasuki pagar depan dengan pintu besi yang agak berderit.
Bandar Poker Online - Sengaja pintu rumah aku tutup tapi dibiarkan tak terkunci. Aku berlalu menuju kamarku dan segera memasang jebakan untuk mengejutkan Syifa. Aku masuk kamarku dan segera bertelanjang bulat. Pintu kamar kubuka lebar-lebar, jendela kamar juga kubuka biar isi kamar mendapat penerangan jelas.
Kudengar pintu depan berbunyi seperti ditutup. Akupun mulai beraksi. Dengan bertelanjang bulat aku menunggu Syifa melewati kamarku dengan harapan dia melihat tubuh dan jsyifaorku yang sedari tadi berdiri tegak membayangkan petualangan ini.
Handuk kututupkan ke kepala seolah-olah sedang mengeringkan rambut yang basah sehabis keramas. Aku berpura-pura tidak melihat dan tidak menyadari kehadiran Syifa. Dari bakik handuk yang kusibak sedikit, kulihat sepasang sepatu kets melintas kamarku. Aku yakin Syifa pasti melihat tubuhku yang polos dengan jsyifaor yang tegak berdiri.
Nafsuku semakin menggeliat ketika kuamati dari balik handuk sepasang sepatu yang tadinya hampir melewati kamarku kini seperti terpaku berhenti didepan kamar tanpa beranjak. Aku semakin aktif menggosok-gosok rambutku dan berpura-pura tak tau kalo ada orang.
Beberapa detik aku berbuat begitu dan aku merencanakan sensasi berikut. Dengan tiba-tiba kuturunkan handuk dan menengok ke arah pintu kamar. Aku pura-pura kaget menyadari ada orang.
“E..ee…maaf Syifa, aku kira nggak ada orang,” kataku seraya mendekati pintu seolah ingin menutup pintu.
Aku tidak berusaha menutup kemaluanku yang menantang. Malah kubiarkan Syifa terdiam memandangi tubuhku yang polos mendekat kearahnya.
Dengan tenangnya seolah aku berpakaian lengkap kudekati Syifa dan sekali lagi memohon maaf.
“Maaf ya Syifa, aku terbiasa seperti ini. Aku nggak sadar kalau ada tamu dirumah ini,” kataku sambil berdiri di depan pintu mau menutup pintu.
Tiba-tiba seperti tersadar Syifa bergegas meninggalkanku sambil berkata
“i…i…iya , tidak apa-apa….”.
Dia langsung masuk ke kamar belakang yang diperuntukkan kepadanya selama tingal dirumahku.
Aku kemudian memakai celana pendek tanpa CD dan mengenakan kaos oblong lantas mengetok pintu kamar Syifa.
“Ada apa Iwan,” ujar Syifa setelah membuka pintu.
Kulihat dia tidak berani menatapku. Mungkin malu. Membaca situasi seperti itu, aku tidak menyiakan kesempatan.
“Syifa, maafkan Iwan ya…aku lupa kalau ada tamu dirumah ini,” kataku merangkai obrolan biar nyambung.
“Nggap apa-apa, cuma Syifa malu hati, sungguh Syifa malu melihat kamu telanjang tadi,” balasnya tanpa mau menatap aku.
“Kenapa musti malu? Kan nggak sengaja, apa lagi Syifa kan sudah pernah menikah jadi sudah biasa melihat yang tegak-tegak seperti itu,” kataku memancing reaksinya.
“Sejujurnya Syifa tadi kaget setengah mati melihat kamu begitu. Yang Syifa malu, tanpa sadar Syifa terpaku didepan kamarmu. Jujur aja Syifa sudah lama tidak melihat seperti itu jadi Syifa seperti terpana,” katanya sambil berlari ketempat tidurnya dan mulai sesenggukan.
Aku jadi nggak tega. Kudekati Syifa dan kuberanikan memegang pundaknya seraya menenangkannya.
“Sudahlah nggak usah malu, kan cuma kita berdua yang tau.”
Melihat reaksinya yang diam saja, aku mulai berani duduk disampingnya dan merangkul pundaknya.
Agen Judi Online - Kuusap-usap rambutnya agak lama tanpa berkata apa-apa. Ketika kurasa sudah agak tenang kusarankan untuk mandi aja. Kutuntun tangannya dan sekonyong-konyong setan mendorongku untuk memeluk saat Syifa sudah berdiri didepanku.
Lama kupeluk erat, Syifa diam saja. Mukanya diselusupkan di dadaku. Payudaranya yang masih kencang serasa menempel didadaku. Sangat terasa debar jantungnya. Perlahan tangaku kuselusupkan ke balik kaos bagian belakang berbarengan dengan ciumanku yang mendarat dibibirnya.
“Jangan Iwan…dosa,” katanya sambil melepaskan diri dari pelukanku.
Namun pelukanku tidak mau melepaskan tubuh sintal yang sedang didekapnya. Dan usaha kedua Syifa sudah menyerah. Bibirnya dibiarkan kulumat walau masih tanpa perlawanan.
Kucoba lagi menyelusupkan tangan dibalik kaosnya, kali ini bagian depan. Tangan kanan yang menggerayang langsung pada putting susu sebelah kiri. Syifa menggeliat.
Pilinan jariku di payudaranya membuat nafsunya naik. Aku tau dari desiran nafasnya yang mulai memburu. Aku heran juga dengan wanita ini, tetap diam tanpa perlawanan. Mungkin ini style wanita baik-baik. Bagusnya, semua apa yang kulakukan tidak ada penolakan. Seperti dicocok hidungnya Syifa menurut saja dengan apa yang kulakukan terhadapnya.
Perlahan kubuka kaosnya, kubukan celana panjang trainings pack-nya, kubuka Bh nya, kubuka CD-nya , Syifa diam saja. Kubopong tubuhnya ketempat tidur. Kubuka kaosku, kubuka celana pendekku.Syifa masih diam.
Lidahku mulai bermain disekujur tubuhnya. Dari ujung kepala, turun ke telinga, ke bibir, ke leher, perlahan kusapu dadanya, payudaranya kulumat dengan gigitan kecil, turun lagi kebawah ke sekumpulan rambut dan kedua pahanya hujilat-jilat terus sampai ke ujung jempol kaki. Aku tidak merasa jijik karena tubuh Syifa yang putih bersih sangat membangkitkan gairah.
Kukangkangkan kakinya, syifa masih diam saja. Tapi kuamati matanya terpejam menikmati sentuhan tiap jengkal ditubuhnya. Baru ketika kudaratkan sapuan lidahku di bibuir vagina dan klitorisnya Syifa tiba-tiba berteriak ,
” Ahhhhhhhh……..”
“Kenapa Syifa….Sakit?,” tanyaku.
Syifa hanya menggeleng. Dan aktifitas jilat menjilat vagina itu kulanjutkan. Syifa menggelinjang dahsyat dan tiba-tiba dia meraung..
”Iwan… ayo Iwan….jangan siksa aku dengan nikmat…ayo Iwan tuntaskan….Syifa udah nggak tahan,” katanya.
Aku tidak mau berlama-lama. Tanpa banyak variasi lagi langsung ku naiki kedua pahanya dan kutusukkan jsyifaorku kelobang surganya yang sudah basah kuyup. Dengan sekali sentak semua batangku yang panjang melesak kedalam.
Agak seret kurasakan, mungkin karena sudah dua tahun nganggur dari aktifitas. Kugenjot pantatku dengan irama tetap, keluar dan masuk. Syifa semakin menggelinjang.
Aku pikir nggak usah lama-lama bersensasi, tuntaskan saja. Lain waktu baru lama. Melihat reaksinya pertanda mau orgasme, gerakan pantatku semakin cepat dan kencang.
Syifa meronta-ronta , menarik segala apa yang bisa ditariknya, bantal, sepre. Tubuhku tak luput dari tarikannya. Semua itu dilakukan dengan lebih banyak diam. Dan tiba-tiba tubuhnya mengejang,
“Ahhhhhhhhhhhhhhhh…….,” lolongan panjangnya menandakan dia mencapai puncak.
Aku mempercepat kocokanku diatas tubuhnya. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan hentakan tubuhnya dibarengi tanganya yang mendorong tubuhku.
“Jangan keluarin di dalam ….aku lagi subur,” suaranya tersengal-sengal ditengah gelombang kenikmatan yang belum mereda.
Kekagetanku hilang setelah tau reaksinya.
“Baik Syifa cantik, Iwan keluarin diluar ya,” balasku sambil kembali memasukkan Jsyifaor ku yang sempat terlepas dari vaginanya karena dorongan yang cukup keras.
Kembali kupompa pinggulku. Aku rasa kali ini Syifa agak rileks. Tapi tetap dengan diam tanpa banyak reaksi Syifa menerima enjotanku. Hanya wajahnya yang kadang-kadang meringis keenakan.
Dan sampailah saatnya, ketika punyaku terasa mulai berkedut-kedut, cepat-cepat kucabut dari vagina Syifa dan kugencet batang jsyifaorku sambil menyemprotkan sperma. Kuhitung ada lima kali jsyifaorku meludah.
Sekujur tubuh Syifa yang mulus ketumpahan spermaku. Bahkan wajahnyapun belepotan cairan putih kental. Dan aku terkulai lemas penuh kenikmatan. Kulihat Syifa bagkit mengambil tisu dan meneyka badan serta mukanya.
“Iwan…kamu sudah memberikan apa yang belum pernah Syifa rasakan,” kata wanita cantik itu sambil rebahan disampingku.
Dengan persetujuan Syifa, kami menelpon istriku mengabarkan kalau batal ke Ancol karena Syifa nggak enak badan. Padahal kami melanjutkan skenario cinta yang menyesatkan. Kami masih tiga kali lagi melakukan persetubuhan.
Bandar Judi Online - Dalam dua sessi berikut sangat kelihatan perkembangan yang terjadi sama Syifa. Kalo permainan pertama dia banyak diam, permainan kedua mulai melawan, permainan ketiga menjadi dominan, permainan keempat menjadi buas….buas…sangat buas. Aku sempat memakai kondom biar bisa dengan leluasa menumpahkan sperma saat punyaku ada didalam vaginanya.
“Aku sadar ini dosa, tapi aku juga menikmati apa yang belum pernah aku rasakan selama bersuami. Suamiku itu adalah pilihan orang tua dan selisih 20 tahun dengan Syifa. Sampai Uda meninggal, Syifa tidak pernah merasakan kenikmatan sexual seperti ini.
Sebetulnya Syifa masih kepengen nikah lagi tapi tidak pernah ketemu orang yang tepat. Mungkin posisi Syifa sebagai kepala bagian membuat banyak pria menjauh.” Cerita Syifa sebelum kami sama-sama tertidur pulas. Foto tante Syifa.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Profiles

Twitter Facebook Google Plus LinkedIn RSS Feed Email Pinterest



Popular Posts

BTemplates.com

Blogroll

About

Copyright © CERITA DEWASA | Powered by Blogger
Design by Lizard Themes | Blogger Theme by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com